Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

GERAKAN KEPANDUAN

Sungguh Berat Jadi Kader Muhammadiyah. Ragu dan Bimbang Lebih Baik Pulang "JENDRAL SUDIRMAN"

HIZBUL WATHAN KWARDA ASAHAN

Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia, yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan. - Jogjakarta, 25 Mei 1946. (JENDRAL SUDIRMAN)

SANG PENCERAH

Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi.- Jogjakarta, 17 Agustus 1948 (JENDRAL SUDIRMAN)

ROBERT STEPHEN SON SMITH BADEN POWELL

Bervariasi adalah ide-ide tentang apa yang merupakan 'sukses,' misalnya uang, posisi, kekuasaan, prestasi, penghargaan, dan sejenisnya. Tapi ini tidak terbuka untuk setiap mannor apakah mereka membawa apa yang sukses nyata, yaitu kebahagiaan. (Robert Baden-Powell)

PANDUKU

Hal yang paling bernilai sementara adalah mencoba untuk menempatkan kebahagiaan ke dalam kehidupan orang lain. Asli: The most worth-while thing is to try to put happiness into the lives of others. Sumber: Letter (September 1940) "BADEN POWELL"

Thursday 12 October 2017

Melihat Tandu Milik Jenderal Soedirman Di Monjali

Tandu Milik Jenderal Soedirman. 

Bertandang ke Monumen Jogja Kembali (Monjali), kita akan menemukan sebuah tandu milik Jenderal Soedirman. Tandu milik Jenderal Soedirman ini berada di ruang Museum II Monjali, dilengkapi dengan sebuah dokar dan alat makan. Ketiga benda ini pernah digunakan Jenderal Soedirman semasa perang bergerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kepala Bidang Humas dan Pemandu Monjali, Abdul Rouf menuturkan tandu yang saat ini menjadi bagian dari koleksi itu didapat dari warga yang menyimpan. Koleksi tandu ini digunakan Jenderal Soedirman saat bergerilya dari Beduyu, Gunungkidul sampai Jawa Tengah.

"Menjadi museum koleksi di museum Monjali sejak tahun 1989 atau sejak awal museum ini didirikan. Tandu yang dipakai oleh Jenderal Soedirman dari Beduyu ke Jawa Tengah. Sementara dokar dulunya digunakan dari Wonosari sampai Jawa Tengah," terang Abdul, Kamis (5/10).

Abdul menerangkan selama bergerilya, Jenderal Soedirman menempuh jarak 1.009 kilometer dengan waktu tempuh 7 bulan. Selama bergerilya, Jenderal Soedirman total menghabiskan 11 buah tandu.

"Tandu ini salah satu yang digunakan oleh Jenderal Soedirman. Tandu yang lain beberapa disimpan di museum lainnya," jelas pria berumur 48 tahun ini.

Abdul menceritakan jika tandu yang saat ini tersimpan di Museum Monjali kondisinya masih seperti aslinya. Tandu terbuat dari kursi biasa dan diikat dengan bambu kemudian ditandu empat orang. Yang atapnya terbuat dari selimut.

"Bentuknya sangat sederhana karena memang dibuat dalam kondisi darurat. Kursinya ya kursi yang ada. Maka buat jadi tandu untuk memudahkan Jenderal Soedirman dalam bergerilya," urai pria yang sudah 28 tahun bekerja di Monjali.

Abdul menambahkan koleksi tentang Jenderal Soedirman ini memang tersimpan di ruang museum II karena ruangan itu khusus menampilkan peristiwa sejak tahun 1948 sampai 1949. Jenderal Soedirman, kata Abdul kebetulan bergerilya di tahun itu sehingga masuk ke museum II.

"Selain itu ada juga koleksi di awal pendirian TNI. Koleksinya tersimpan di ruang Museum I yang memang khusus pakai tahun 1945 sampai 1948," tutup Abdul.

Thursday 5 October 2017

Membaca dan Membuat Sandi Kotak I


Cara membaca dan membuat sandi kotak teramat lah mudah. Saking mudahnya sandi kotak kerap, bersama sandi angka dan sandi AND, sudah diajarkan dan diujikan kepada anggota pramuka siaga. Wajar karena selain mudah, sandi kotak pun kerap dimuat dalam berbagai buku materi kepramukaan.

Namun sebagaimana halnya sandi-sandi lainnya dalam kepramukaan, sandi yang mudah sekalipun akan menjadi sulit jika tidak mengetahui teknik dan cara membacanya. Pun demikian dengan sandi kotak ini. Karena itu, kali ini GKHW Kwarda Asahan membahas salah satu teknik kepramukaan ini.

Sandi kotak sendiri membpunyai banyak variasi. Diantara variasi-variasi tersebut adalah Sandi Kotak I, Sandi Kotak II, Sandi Kotak III, dan sejenisnya. Yang akan kita pelajari kalia ini adalah cara membaca dan membuat Sandi Kotak I, sandi kotak yang paling mendasar, sederhana, dan mudah.

Cara Membaca Sandi Kotak I

Sandi kotak I (Pertama), biasanya disajikan seperti ini.

Contoh soal Sandi Kotak

Dalam kata kunci biasanya disertakan gambar dari "Kunci Sandi Kotak", atau disebutkan jika sandi tersebut adalah sandi kotak 1. Baru kemudian disusul dengan soal yang harus dipecahkan. Gambar "Kunci Sandi Kotak I" terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok pertama garis vertikal dan horizontal dengan hurug "A" sampai dengan "R". Sedangkan kelompok kedua terdiri atas garis-garis diagonal yang berisikan huruf "S" hingga "Z".

Selengkapnya lihat gambar di bawah.


Masing-masing bidang, terisi dua huruf. Semisal kotak paling kiri atas terdiri atas huruf "A" dan "B". Pun kotak-kotak lainnya. Huruf A dan B tersebut memiliki lambang yang sama (lihat gambar di bawah), namun huruf kedua (B) dibedakan dengan penambahan "titik".

Sehingga dari "Kunci Sandi Kotak I" di atas jika diuraikan satu persatu, masing-masing lambang dan hurufnya adalah sebagai berikut.


Nah, dari "Kunci Sandi Kotak I" itulah kita bisa langsung memecahkan (membaca) soal sandi yang ada. Jika pun dalam soal tidak disertakan gambar "Kunci Sandi Kotak I", kita bisa membuat atau menggambar sendiri "Kunci Sandi Kotak I" sebagai pedoman dalam membaca soal sandi.

Jenis, Bagian, dan Fungsi Kompas

Artikel jenis, bagian, dan fungsi kompas ini menjelaskan tentang jenis-jenis kompas, bagian-bagian kompas, dan fungsi kompas. Materi mengenai kompas ini menjadi salah satu scouting skill (teknik Kepanduan) yang sangat diperlukan di Kepanduan. Bagi anggota Gerakan Pandu, pengenalan dan penguasaan terhadap kompas menjadi penting dalam berbagai kegiatan lapangan.

Karena itu tidak mengherankan jika kemudian tentang jenis-jenis kompas,bagian-bagian kompas, dan fungsi kompas serta cara menggunakan kompas.

Terlihat pentingnya scouting skill atau teknik Kepanduan pengenalan dan penguasaan kompas bagi Pandu hingga materinya perlu diulang dalam berbagai tingkatan SKU.

Mengenal Pengertian dan Fungsi Kompas

Kompas adalah alat navigasi untuk menetapkan arah mata angin. Prinsip kerjanya berupa panah penunjuk magnetis yang memberikan rujukan arah tertentu yang menyelaraskan dengan medan magnet bumi secara akurat. Fungsi utama kompas adalah untuk menentukan atau mengetahui arah dan besaran derajat suatu arah. Juga untuk mengetahui lokasi suatu medan berdasarkan peta.

Jenis-Jenis Kompas

Kompas dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompas analog dan kompas digital.

1. Kompas Analog
Kompas analog adalah kompas yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk oleh para anggota pandu. Penggunaan kompas analog secara manual, yaitu dengan menyelaraskan jarus kompas yang terdapat di dalamnya. Kompas analog terdiri atas beberapa jenis, seperti:
a. Kompas LensaKompas lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcave yang berfungsi untuk mempermudah dalam pembacaannya. Umumnya kompas lensa berbentuk sederhana, ringan, dan harganya lebih murah. Namun validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang akurat.
b. Kompas Bidik (Kompas Prisma)Kompas bidik atau disebut juga sebagai kompas prisma adalah kompas yang berfungsi sebagai pembidik besar derajat pada sebuah medan (bentang alam sebenarnya) untuk diproyeksikan dalam peta. Jenis kompas ini yang sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan alam termasuk dalam Kepanduan.
c. Kompas Orientering (Kompas Silva)Kompas orientaring atau kompas silva adalah kompas yang digunakan dalam orientasi (penghitungan dan pembacaan peta secara langsung), Kompas ini umumnya memiliki badan (wadah) transparan memudahkan pembacaan terhadap peta yang ditaruh di bawahnya.
d. Kompas DigitalKompas digital adalah kompas yang bekerja secara digital. Jenis ini biasanya disertakan sebagai sistem navigasi dalam dunia robotika atau dalam gadget-gadgetelektronik.
Kompas Bidik

Kompas Bidik

Kompas Lensa

Kompas Silva

Bagian-bagian Kompas

Bagian-bagian kompas yang akan kita pelajari kali ini adalah bagian-bagian pada kompas bidik atau kompas prisma karena kompas jenis inilah yang paling sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan Kepanduan.


bagian-bagian kompas bidik


Kompas bidik memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
  1. Dial (permukaan tempat angka dan huruf). Pada dial terdapat satuan derajat mulai dari 0° 360° dan huruf: N (north ), E (east) W, (west), S (south).
  2. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45° (dapat di putar)
  3. Visir (lubang dengan kawat halus pembidik sasaran)
  4. Kaca pembesar (untuk melihat derajat kompas)
  5. Jarum penunjuk (selalu menunjuk utara magnet)
  6. Alat penggantung (tempat ibu jari untuk menopang kompas saat membidik).
Cara Menggunakan Kompas Bidik

Cara menggunakan kompas bidik secara lebih detail akan dibahas dalam artikel tersendiri. Secara singkat dan sederhana, cara mengguakan kompas bidik adalah sebagai berikut:
  1. Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak bergerak maka jarum tersebut menunjuk arah utara magnet.
  2. Bidik sasaran dengan menggunakan visir, melalui celah pada kaca pembesar, setelah itu miringkan kaca pembesar kira-kira bersudut 50° dengan kaca dial.
  3. Apabila visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar.
  4. Apabila sasaran bidik 30° maka bidiklah ke arah 30°. Sebelum menuju sasaran, tetapkan terlebih dahulu titik sasaran sepanjang jalur 30°. Carilah sebuah benda yang menonjol/tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30° tidak selalu datar atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita melambung (keluar dari route) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30°.
  5. Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahulu Sasaran Balik (Back Azimuth atau Back Reading) agar kita dapat kembali kepangkalan apabila tersesat dalam perialanan. Menentukan sasaran balik dengan rumus:
  • Apabila sasaran kurang dari 180° = ditambah 180°. Contoh: 30° sasaran baliknya adalah 30° + 180° = 210°.
  • Apabila sasaran lebih dari 1800 = dikurang 180°. Contoh: 240° sasaran baliknya adalah 240° - 180° = 60°
Itulah berbagai hal terkait dengan jenis-jenis kompas, bagian-bagian kompas, fungsi kompas, dan cara menggunakan kompas. Semoga artikel tentang jenis, bagian, dan fungsi kompas ini bisa membantu para Pandu dalam mengenal dan menggunakan kompas sehingga akan mempermudah dalam berbagai teknik Kepanduan atau scouting skill.

Cara Memperkirakan Waktu Tanpa Melihat Jam


Cara memperkirakan waktu tanpa melihat jam menjadi salah satu syarat pencapaian SKU Pandu penegak bantara. Point ke-13 dalam Syarat Kecakapan Umum Penegak Bantara tersebut adalah "Dapat menggunakan jam, kompas, tanda jejak dan tanda-tanda alam lainnya dalam pengembaraan". Salah satu pencapaian SKU-nya adalah dapat memperkirakan waktu tanpa melihat jam yang dilakukan saat pengembaraan. Disamping itu disyaratkan pula harus dapat menjelaskan bagian-bagian dari kompas, azimuth dan back azimuth, resection dan intersection, serta dapat membaca dan membuat tanda jejak dan tanda alam serta membuat peta perjalanannya.

Memperkirakan waktu tanpa menggunakan jam dapat memiliki dua arti sekaligus. Yang pertama adalah mampu memperkirakan saat ini telah pukul berapa. Yaitu dapat menyebutkan (secara mengira-kira) saat ini telah pukul (jam) berapa, sudah pagi, siang, sore, atau malam. Yang kedua adalah memperkirakan lamanya waktu yang telah berjalan. Yaitu dapat memperkirakan lamanya waktu, semisal satu menit, sepuluh menit, atau setengah jam dan satu jam. Kedua-duanya dilakukan tanpa bantuan jam dan alat penentu waktu lainnya.

Teknik Kepanduan (scouting skill) memperkirakan waktu ini penting dikuasai oleh para Pandu, utamanya penegak dan pandega, saat berada di alam bebas, melakukan pengembaraan, ataupun dalam situasi darurat yang membutuhkan kemampuan survival di alam bebas.

Cara Memperkirakan Waktu Tanpa Menggunakan Jam

Untuk dapat menentukan waktu tanpa menggunakan jam, seorang Pandu dapat berpedoman dengan matahari dan keberadaan bintang. Penggunaan matahari sebagai penanda waktu ini juga kerap dipakai dalam penentuan masuknya waktu sholat. Berikut beberapa hal pokok yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan waktu atau jam berdasarkan matahari.

Terbitnya fajar yang ditandai dengan adanya sinar merah di langit sebelah timur yang cahayanya sudah semakin merata di langit. Ini merupakan waktu shalat subuh yang biasanya menunjukkan waktu antara jam 04.00 - 04.30.
Terbitnya matahari. Menunjukkan waktu sekitar jam 05.00 - 05.30.
Panjang bayangan sama dengan bendanya pada pagi hari. Ini menunjukkan waktu sekitar jam 09.00
Tengah hari yang ditandai dengan bayangan sebuah benda yang tegak lurus akan menghilang, tepat di bawah benda, atau statis tidak memanjang / memendek hingga beberapa saat. Ini menunjukkan waktu sekitar jam 11.30 - 12.00.
Panjang bayangan sama dengan bendanya pada sore hari. Ini menunjukkan waktu shalat ashar yang biasanya menunjukkan waktu antara jam 14.45 - 15.15
Terbenamnya matahari yang ditandai dengan dengan warna kemerah-merahan di langit. Ini menunjukkan waktu shalat maghrib atau waktu antara jam 17.30 - 18.00
Hilangnya warna kemerah-merahan di langit saat sore hari. Ini menunjukkan waktu shalat isyak atau waktu sekitar jam 19.00
Ketentuan-ketentuan di atas hanya kira-kira saja. Di daerah lain bisa jadi memiliki sedikit selisih. Pun antara satu bulan dengan bulan lainnya (dalam satu tahun) pun akan mengalami selisih waktu. Sehingga dibutuhkan pengamatan langsung dan pembiasaan.

Termasuk dalam menentukan berapa lama waktu yang berjalan. Dibutuhkan berulang kali latihan dan pembiasaan agar dapat memperkirakan lamanya waktu yang tengah berjalan. Latihan bisa dimulai dengan mengukur waktu yang paling pendek semisal satu menit, lima menit, dan lima belas menit. Kemudian ditingkatkan untuk berlatih lamanya waktu selama setengah jam atau satu jam.

Teknik Menentukan Azimuth dan Back Azimuth pada Kompas Peta


Teknik menentukan azimuth dan back azimuth merupakan sebuah teknik dasar yang harus dikuasai dalam peta kompas atau navigasi darat. Dengan kata lain saat melakukan navigasi darat (teknik menentukan posisi di peta dan medan berupa daratan) dengan menggunakan kompas dan peta diperlukan kemampuan dalam menentukan azimuth dan back azimuth. Selain azimuth dan back azimuth, teknik lainnya yang harus dikuasai adalah orientasi peta, resection, dan intersection.

Bagi seorang Pandu dan penggiat alam bebas lainnya (seperti pencinta alam), teknik-teknik dasar navigasi darat, termasuk cara menentukan azimuth dan back azimuth akan sangat penting untuk dikuasai. Ini agar kegiatan penjelajahan dan petualangan di alam terbuka dapat berlangsung dengan lancar. Karena itu tidak mengherankan jika kemampuan ini kemudian menjadi salah satu syarat dalam SKU Pandu Penegak Bantara.

Dalam artikel kali ini, Kakak hanya akan membatasi pembahasan pada teknik menentukan azimuth dan back azimuth. Sedang teknik dasar lainnya akan dibahas dalam artikel tersendiri.

Mengenal Azimuth dan Back Azimuth

Apa sih azimuth dan back azimuth? Azimuth, dalam bahasa Indonesia kata yang benar adalah azimut (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia). Azimuth atau disebut juga sebagai sudut kompas adalah besar sudut yang tercipta antara satu titik dengan arah utara dari Sang Pengamat yang dihitung searah dengan jarum jam. Jika kita membidik suatu obyek atau tanda di lapangan (dengan menggunakan kompas), dan memperoleh sudut yang tercipta antara obyek dengan arah utara, maka sudut itulah yang disebut sebagai azimuth.

Sedangkan back azimuth adalah kebalikan dari azimuth yaitu sudut yang terbentuk berbalik dari azimuth atau berlawanan dengan arah jarum jam. Back azimuth disebut juga sebagai back reading atau sasaran balik.

Azimut terdiri atas tiga macam, yaitu :
  1. Azimuh sebenarnya, yaitu besar sudut yang terbentuk antara utara sebenarnya (utara yang mengarah pada kutub utara bumi) dengan titik sasaran.
  2. Azimuh magnetis, yaitu besar sudut yang terbentuk antara utara magnetik (ditunjukan oleh jarum kompas) dengan titik sasaran.
  3. Azimuh peta, yaitu besar sudut yang terbentuk antara utara peta (utara pada peta) dengan titik sasaran.
Azimuth dan back azimuth dinyatakan dalam satuan derajat. Contoh penulisannya secara lengkap adalah 211°30'20", dibaca sebagai 211 derajat, lebih 30 menit, lebih 20 detik. (60 detik = 1 menit dan 60 menit = 1 derajat). 

Azimuth dan Back Azimuth
Azimuth dan Back Azimuth


Cara Menentukan Azimuth dan Back Azimuth

Untuk menentukan sudut azimuth cukup mudah. Caranya cukup dengan membidikkan kompas pada obyek atau tanda di lapangan yang dituju. Besaran derajat (arah) yang didapat tersebutlah yang disebut sebagai azimuth. Namun sebelumnya kita harus mengetahui dan memastikan posisi kita di peta atau yang biasa disebut sebagai teknik orientasi medan. Sehingga kita dapat memindahkan atau menggambar azimuth tersebut di atas peta.

Sedangkan untuk menentukan back azimuth atau sasaran balik, gunakan penghitungan :
  1. Bila azimut lebih dari 180°, maka back azimuth-nya adalah azimut dikurangi 180°. Contoh, azimuth yang diperoleh 275° maka back azimuth-nya adalah 265° - 180° = 85°.
  2. Bila azimuth kurang dari 180°, maka back azimut-nya adalah azimuth ditambah 180°. Contoh, azimuth yang diperoleh 82° maka back azimut-nya adalah 82° + 180° = 262°.
  3. Bila azimuth tepat 180°, maka back azimutnya adalah 0° atau 360°.
Di atas telah dijelaskan bahwa azimuth terdiri atas tiga macam, sesuai dengan macam utara. Yaitu utara sebenarnya (utara yang mengarah pada kutub utara bumi), utara magnetik (ditunjukan oleh jarum kompas), dan utara peta. Hal ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh jika selisih sudutnya sangat kecil, seperti di Indonesia. Akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut saat memasukkan hasil penghitungan azimuth ke peta.

Itulah tadi pengertian tentang azimuth dan back azimut serta teknik untuk menentukan azimuth dan back azimut. Semoga salah satu scouting skill terkait navigasi darat ini bermanfaat bagi Pandu utamanya saat melakukan petualangan di alam terbuka

Ukuran Bendera Merah Putih dan Penggunaannya


Ukuran bendera merah putih dan penempatan kegunaan bendera merah putih menjadi salah satu pencapaian dari Syarat Kecakapan Umum Pramuka Penggalang Ramu. Bahkan di SKU Penggalang tingkatan lainnya pun, termasuk SKU Siaga dan Penegak, meski tidak secara eksplisit, pengetahuan tentang ukuran-ukuran bendera merah putih dan penempatan / kegunaan pada masing-masing ukuran tersebut tetap menjadi pengetahuan penunjang terkait pemahaman terhadap bendera merah puutih.

Tentang macam-macam ukuran bendera merah putih dan penggunaan masing-masing ukuran tersebut secara gamblang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta Lagu Kebangsaan. Terkait ukuran standar bendera merah putih, dalam Bagian Kesatu, Pasal 4 Ayat (1) disebutkan sebagai berikut:

Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.

Pasal tersebut secara jelas menyebutkan bahwa ukuran bendera merah putih adalah lebarnya dua pertiga (2/3) dari panjangnya atau antara lebar dan panjangnya memiliki perbandingan 2 : 3. Artinya jika lebar bendera 20 cm maka panjangnya adalah 30 cm (2/3 dari 30 = 20). Pun jika seumpama 100 cm, maka panjangnya adalah 150 cm.

Ukuran Bendera dan Penggunaan Ukurannya

Meskipun memiliki perbandingan yang tetap, "lebarnya dua pertiga (2/3) dari panjangnya", namun penggunaan bendera tentu memiliki ukuran-ukuran yang berbeda. Dalam UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 4 Ayat (3) dijabarkan berbagai macam ukuran bendera merah putih berdasarkan penggunaannya. Seperti berapa ukuran bendera yang dipasang di halaman istana kepresidenan, ukuran bendera di lapangan umum, di dalam ruang, di halaman rumah, sekolah, dan gedung pemerintahan, di mobil, kapal, kereta api, dan pesawat udara, hingga ukuran bendera yang digunakan di meja.

Berikut adalah ketentuan tentang ukuran standar bendera merah putih berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2009 dan penggunaannya:
  1. Untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan, berukuran 200 x 300 cm
  2. Untuk penggunaan di lapangan umum, berukuran 120 x 180 cm
  3. Untuk penggunaan di ruangan, berukuran 100 x 150 cm
  4. Untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wapres, berukuran 36 x 54 cm
  5. Untuk penggunaan di mobil pejabat negara, berukuran 30 x 45 cm
  6. Untuk penggunaan di kendaraan umum, berukuran 20 x 30 cmUntuk penggunaan di kapal laut, berukuran 100 x 150 cm
  7. Untuk penggunaan di kereta api, berukuran 100 x 150 cm
  8. Untuk penggunaan di pesawat udara, berukuran 30 x 45 cm
Untuk penggunaan di meja, berukuran 10 x 15 cm
Sedang untuk penggunaan selain tersebut di atas, dapat menggunakan ukuran yang berbeda.

Untuk lebih mendalami tentang Bendera Merah Putih, termasuk macam ukuran bendera merah putih dan penggunaan masing-masing ukuran, silakan para pramuka untuk membaca Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta Lagu Kebangsaan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 Tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia.

Pertolongan Pertama pada Orang Pingsan


Pertolongan pertama pada orang pingsan adalah cara menangani orang pingsan dan memberikan pertolongan pertama. Dalam berpramuka, kerap kali dijumpai anggota pramuka yang pingsan. Pun dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anggota pramukasudah selayaknya dapat memberikan pertolongan pertama terhadap orang pingsan.

Alih-alih menjadi panik, pramuka harus bisa menangani orang pingsan. Memberikan pertolongan untuk mengembalikan kesadaran orang pingsan, termasuk salah satu scouting skill yang harus dikuasai.

Pingsan adalah suatu kondisi dimana terjadi hilangnya kesadaran sementara secara mendadak. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Dalam istilah medis, pingsan disebut sebagai sinkop.

Orang yang pingsan biasanya ditandai dengan gejala-gejala awal seperti:

- rasa pusing
- berkurangnya penglihatan atau pandangan kabur
- telinga berdenging (tinitus)
- rasa panas
- berkeringat dingin
- menguap dan terasa mual

1. Cara Menangani Orang Pingsan

Kesadaran orang pingsan biasanya akan kembali dalam beberapa saat. Namun jika tidak perlu dilakukan pertolongan pertama terhadap orang pingsan agar kembali sadar. Cara menangani orang pingsan yang dapat dilakukan antara lain:

Jika tidak terdapat luka lain yang berbahaya, pindahkan korban ke tempat yang lebih teduh dan berudara segar (sirkulasi udara lancar)

Baringkan korban di tempat yang datar, jika perlu letakkan kaki lebih tinggi dari kepala.
Jika tidak memungkinkan untuk berbaring, dudukkan korban dan posisikan kepala di antara lutut.
Apabila korban muntah, miringkan kepala korban sehingga muntahan dapat keluar dan tidak mengganggu aliran pernafasan.

Kendurkan pakaian atau aksesoris ketat yang dikenakan korban seperti ikat pinggang, jilbab, sepatu agar sirkulasi darah dan pernafasan lancar.

Berikan bau-bauan yang menyengat seperti minyak kayu putih, amoniak, minyak wangi, bawang putih dan sejenisnya untuk merangsang kesadarannya.

Setelah kesadaran korban pulih, biarkan tetap berbaring antara 5-10 menit (jangan langsung berdiri).
Setelah siuman, dapat juga diberikan minum air putih (jangan dingin) atau teh manis hangat.

Jika korban pingsan tidak lekas sadar atau terdapat gejala dan luka-luka lain, bawalah ke puskesmas, dokter, atau petugas medis terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

2. Jika Merasa Akan Pingsan

Jika diri sendiri merasa akan pingsan atau merasakan gejala-gejala awal pingsan seperti tersebut di atas, ada beberapa beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diri sendiri pingsan. Hal-hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain.

Berpindah ke tempat yang teduh dan bersirkulasi udara lancar
Duduk atau berbaring dan tunggulah hingga merasa lebih baik lalu bangkitlah secara perlahan
Jika duduk, tempatkan kepala di antara kedua lutut
Minumlah air putih secara perlahan


Beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam memberikan pertolongan pertama pada korban pingsan atau cara menangani orang yang pingsan tersebut sudah selayaknya dikuasai oleh seorang pramuka. Sehingga ketika mengalami kejadian tersebut tidak menjadi panik dan dapat memberikan pertolongan dengan tepat.