Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

GERAKAN KEPANDUAN

Sungguh Berat Jadi Kader Muhammadiyah. Ragu dan Bimbang Lebih Baik Pulang "JENDRAL SUDIRMAN"

HIZBUL WATHAN KWARDA ASAHAN

Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia, yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan. - Jogjakarta, 25 Mei 1946. (JENDRAL SUDIRMAN)

SANG PENCERAH

Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi.- Jogjakarta, 17 Agustus 1948 (JENDRAL SUDIRMAN)

ROBERT STEPHEN SON SMITH BADEN POWELL

Bervariasi adalah ide-ide tentang apa yang merupakan 'sukses,' misalnya uang, posisi, kekuasaan, prestasi, penghargaan, dan sejenisnya. Tapi ini tidak terbuka untuk setiap mannor apakah mereka membawa apa yang sukses nyata, yaitu kebahagiaan. (Robert Baden-Powell)

PANDUKU

Hal yang paling bernilai sementara adalah mencoba untuk menempatkan kebahagiaan ke dalam kehidupan orang lain. Asli: The most worth-while thing is to try to put happiness into the lives of others. Sumber: Letter (September 1940) "BADEN POWELL"

Thursday 12 October 2017

Melihat Tandu Milik Jenderal Soedirman Di Monjali

Tandu Milik Jenderal Soedirman. 

Bertandang ke Monumen Jogja Kembali (Monjali), kita akan menemukan sebuah tandu milik Jenderal Soedirman. Tandu milik Jenderal Soedirman ini berada di ruang Museum II Monjali, dilengkapi dengan sebuah dokar dan alat makan. Ketiga benda ini pernah digunakan Jenderal Soedirman semasa perang bergerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kepala Bidang Humas dan Pemandu Monjali, Abdul Rouf menuturkan tandu yang saat ini menjadi bagian dari koleksi itu didapat dari warga yang menyimpan. Koleksi tandu ini digunakan Jenderal Soedirman saat bergerilya dari Beduyu, Gunungkidul sampai Jawa Tengah.

"Menjadi museum koleksi di museum Monjali sejak tahun 1989 atau sejak awal museum ini didirikan. Tandu yang dipakai oleh Jenderal Soedirman dari Beduyu ke Jawa Tengah. Sementara dokar dulunya digunakan dari Wonosari sampai Jawa Tengah," terang Abdul, Kamis (5/10).

Abdul menerangkan selama bergerilya, Jenderal Soedirman menempuh jarak 1.009 kilometer dengan waktu tempuh 7 bulan. Selama bergerilya, Jenderal Soedirman total menghabiskan 11 buah tandu.

"Tandu ini salah satu yang digunakan oleh Jenderal Soedirman. Tandu yang lain beberapa disimpan di museum lainnya," jelas pria berumur 48 tahun ini.

Abdul menceritakan jika tandu yang saat ini tersimpan di Museum Monjali kondisinya masih seperti aslinya. Tandu terbuat dari kursi biasa dan diikat dengan bambu kemudian ditandu empat orang. Yang atapnya terbuat dari selimut.

"Bentuknya sangat sederhana karena memang dibuat dalam kondisi darurat. Kursinya ya kursi yang ada. Maka buat jadi tandu untuk memudahkan Jenderal Soedirman dalam bergerilya," urai pria yang sudah 28 tahun bekerja di Monjali.

Abdul menambahkan koleksi tentang Jenderal Soedirman ini memang tersimpan di ruang museum II karena ruangan itu khusus menampilkan peristiwa sejak tahun 1948 sampai 1949. Jenderal Soedirman, kata Abdul kebetulan bergerilya di tahun itu sehingga masuk ke museum II.

"Selain itu ada juga koleksi di awal pendirian TNI. Koleksinya tersimpan di ruang Museum I yang memang khusus pakai tahun 1945 sampai 1948," tutup Abdul.

Thursday 5 October 2017

Membaca dan Membuat Sandi Kotak I


Cara membaca dan membuat sandi kotak teramat lah mudah. Saking mudahnya sandi kotak kerap, bersama sandi angka dan sandi AND, sudah diajarkan dan diujikan kepada anggota pramuka siaga. Wajar karena selain mudah, sandi kotak pun kerap dimuat dalam berbagai buku materi kepramukaan.

Namun sebagaimana halnya sandi-sandi lainnya dalam kepramukaan, sandi yang mudah sekalipun akan menjadi sulit jika tidak mengetahui teknik dan cara membacanya. Pun demikian dengan sandi kotak ini. Karena itu, kali ini GKHW Kwarda Asahan membahas salah satu teknik kepramukaan ini.

Sandi kotak sendiri membpunyai banyak variasi. Diantara variasi-variasi tersebut adalah Sandi Kotak I, Sandi Kotak II, Sandi Kotak III, dan sejenisnya. Yang akan kita pelajari kalia ini adalah cara membaca dan membuat Sandi Kotak I, sandi kotak yang paling mendasar, sederhana, dan mudah.

Cara Membaca Sandi Kotak I

Sandi kotak I (Pertama), biasanya disajikan seperti ini.

Contoh soal Sandi Kotak

Dalam kata kunci biasanya disertakan gambar dari "Kunci Sandi Kotak", atau disebutkan jika sandi tersebut adalah sandi kotak 1. Baru kemudian disusul dengan soal yang harus dipecahkan. Gambar "Kunci Sandi Kotak I" terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok pertama garis vertikal dan horizontal dengan hurug "A" sampai dengan "R". Sedangkan kelompok kedua terdiri atas garis-garis diagonal yang berisikan huruf "S" hingga "Z".

Selengkapnya lihat gambar di bawah.


Masing-masing bidang, terisi dua huruf. Semisal kotak paling kiri atas terdiri atas huruf "A" dan "B". Pun kotak-kotak lainnya. Huruf A dan B tersebut memiliki lambang yang sama (lihat gambar di bawah), namun huruf kedua (B) dibedakan dengan penambahan "titik".

Sehingga dari "Kunci Sandi Kotak I" di atas jika diuraikan satu persatu, masing-masing lambang dan hurufnya adalah sebagai berikut.


Nah, dari "Kunci Sandi Kotak I" itulah kita bisa langsung memecahkan (membaca) soal sandi yang ada. Jika pun dalam soal tidak disertakan gambar "Kunci Sandi Kotak I", kita bisa membuat atau menggambar sendiri "Kunci Sandi Kotak I" sebagai pedoman dalam membaca soal sandi.

Jenis, Bagian, dan Fungsi Kompas

Artikel jenis, bagian, dan fungsi kompas ini menjelaskan tentang jenis-jenis kompas, bagian-bagian kompas, dan fungsi kompas. Materi mengenai kompas ini menjadi salah satu scouting skill (teknik Kepanduan) yang sangat diperlukan di Kepanduan. Bagi anggota Gerakan Pandu, pengenalan dan penguasaan terhadap kompas menjadi penting dalam berbagai kegiatan lapangan.

Karena itu tidak mengherankan jika kemudian tentang jenis-jenis kompas,bagian-bagian kompas, dan fungsi kompas serta cara menggunakan kompas.

Terlihat pentingnya scouting skill atau teknik Kepanduan pengenalan dan penguasaan kompas bagi Pandu hingga materinya perlu diulang dalam berbagai tingkatan SKU.

Mengenal Pengertian dan Fungsi Kompas

Kompas adalah alat navigasi untuk menetapkan arah mata angin. Prinsip kerjanya berupa panah penunjuk magnetis yang memberikan rujukan arah tertentu yang menyelaraskan dengan medan magnet bumi secara akurat. Fungsi utama kompas adalah untuk menentukan atau mengetahui arah dan besaran derajat suatu arah. Juga untuk mengetahui lokasi suatu medan berdasarkan peta.

Jenis-Jenis Kompas

Kompas dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompas analog dan kompas digital.

1. Kompas Analog
Kompas analog adalah kompas yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk oleh para anggota pandu. Penggunaan kompas analog secara manual, yaitu dengan menyelaraskan jarus kompas yang terdapat di dalamnya. Kompas analog terdiri atas beberapa jenis, seperti:
a. Kompas LensaKompas lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcave yang berfungsi untuk mempermudah dalam pembacaannya. Umumnya kompas lensa berbentuk sederhana, ringan, dan harganya lebih murah. Namun validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang akurat.
b. Kompas Bidik (Kompas Prisma)Kompas bidik atau disebut juga sebagai kompas prisma adalah kompas yang berfungsi sebagai pembidik besar derajat pada sebuah medan (bentang alam sebenarnya) untuk diproyeksikan dalam peta. Jenis kompas ini yang sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan alam termasuk dalam Kepanduan.
c. Kompas Orientering (Kompas Silva)Kompas orientaring atau kompas silva adalah kompas yang digunakan dalam orientasi (penghitungan dan pembacaan peta secara langsung), Kompas ini umumnya memiliki badan (wadah) transparan memudahkan pembacaan terhadap peta yang ditaruh di bawahnya.
d. Kompas DigitalKompas digital adalah kompas yang bekerja secara digital. Jenis ini biasanya disertakan sebagai sistem navigasi dalam dunia robotika atau dalam gadget-gadgetelektronik.
Kompas Bidik

Kompas Bidik

Kompas Lensa

Kompas Silva

Bagian-bagian Kompas

Bagian-bagian kompas yang akan kita pelajari kali ini adalah bagian-bagian pada kompas bidik atau kompas prisma karena kompas jenis inilah yang paling sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan Kepanduan.


bagian-bagian kompas bidik


Kompas bidik memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
  1. Dial (permukaan tempat angka dan huruf). Pada dial terdapat satuan derajat mulai dari 0° 360° dan huruf: N (north ), E (east) W, (west), S (south).
  2. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45° (dapat di putar)
  3. Visir (lubang dengan kawat halus pembidik sasaran)
  4. Kaca pembesar (untuk melihat derajat kompas)
  5. Jarum penunjuk (selalu menunjuk utara magnet)
  6. Alat penggantung (tempat ibu jari untuk menopang kompas saat membidik).
Cara Menggunakan Kompas Bidik

Cara menggunakan kompas bidik secara lebih detail akan dibahas dalam artikel tersendiri. Secara singkat dan sederhana, cara mengguakan kompas bidik adalah sebagai berikut:
  1. Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak bergerak maka jarum tersebut menunjuk arah utara magnet.
  2. Bidik sasaran dengan menggunakan visir, melalui celah pada kaca pembesar, setelah itu miringkan kaca pembesar kira-kira bersudut 50° dengan kaca dial.
  3. Apabila visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah terlihat melalui kaca pembesar.
  4. Apabila sasaran bidik 30° maka bidiklah ke arah 30°. Sebelum menuju sasaran, tetapkan terlebih dahulu titik sasaran sepanjang jalur 30°. Carilah sebuah benda yang menonjol/tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30° tidak selalu datar atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita melambung (keluar dari route) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30°.
  5. Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahulu Sasaran Balik (Back Azimuth atau Back Reading) agar kita dapat kembali kepangkalan apabila tersesat dalam perialanan. Menentukan sasaran balik dengan rumus:
  • Apabila sasaran kurang dari 180° = ditambah 180°. Contoh: 30° sasaran baliknya adalah 30° + 180° = 210°.
  • Apabila sasaran lebih dari 1800 = dikurang 180°. Contoh: 240° sasaran baliknya adalah 240° - 180° = 60°
Itulah berbagai hal terkait dengan jenis-jenis kompas, bagian-bagian kompas, fungsi kompas, dan cara menggunakan kompas. Semoga artikel tentang jenis, bagian, dan fungsi kompas ini bisa membantu para Pandu dalam mengenal dan menggunakan kompas sehingga akan mempermudah dalam berbagai teknik Kepanduan atau scouting skill.

Cara Memperkirakan Waktu Tanpa Melihat Jam


Cara memperkirakan waktu tanpa melihat jam menjadi salah satu syarat pencapaian SKU Pandu penegak bantara. Point ke-13 dalam Syarat Kecakapan Umum Penegak Bantara tersebut adalah "Dapat menggunakan jam, kompas, tanda jejak dan tanda-tanda alam lainnya dalam pengembaraan". Salah satu pencapaian SKU-nya adalah dapat memperkirakan waktu tanpa melihat jam yang dilakukan saat pengembaraan. Disamping itu disyaratkan pula harus dapat menjelaskan bagian-bagian dari kompas, azimuth dan back azimuth, resection dan intersection, serta dapat membaca dan membuat tanda jejak dan tanda alam serta membuat peta perjalanannya.

Memperkirakan waktu tanpa menggunakan jam dapat memiliki dua arti sekaligus. Yang pertama adalah mampu memperkirakan saat ini telah pukul berapa. Yaitu dapat menyebutkan (secara mengira-kira) saat ini telah pukul (jam) berapa, sudah pagi, siang, sore, atau malam. Yang kedua adalah memperkirakan lamanya waktu yang telah berjalan. Yaitu dapat memperkirakan lamanya waktu, semisal satu menit, sepuluh menit, atau setengah jam dan satu jam. Kedua-duanya dilakukan tanpa bantuan jam dan alat penentu waktu lainnya.

Teknik Kepanduan (scouting skill) memperkirakan waktu ini penting dikuasai oleh para Pandu, utamanya penegak dan pandega, saat berada di alam bebas, melakukan pengembaraan, ataupun dalam situasi darurat yang membutuhkan kemampuan survival di alam bebas.

Cara Memperkirakan Waktu Tanpa Menggunakan Jam

Untuk dapat menentukan waktu tanpa menggunakan jam, seorang Pandu dapat berpedoman dengan matahari dan keberadaan bintang. Penggunaan matahari sebagai penanda waktu ini juga kerap dipakai dalam penentuan masuknya waktu sholat. Berikut beberapa hal pokok yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan waktu atau jam berdasarkan matahari.

Terbitnya fajar yang ditandai dengan adanya sinar merah di langit sebelah timur yang cahayanya sudah semakin merata di langit. Ini merupakan waktu shalat subuh yang biasanya menunjukkan waktu antara jam 04.00 - 04.30.
Terbitnya matahari. Menunjukkan waktu sekitar jam 05.00 - 05.30.
Panjang bayangan sama dengan bendanya pada pagi hari. Ini menunjukkan waktu sekitar jam 09.00
Tengah hari yang ditandai dengan bayangan sebuah benda yang tegak lurus akan menghilang, tepat di bawah benda, atau statis tidak memanjang / memendek hingga beberapa saat. Ini menunjukkan waktu sekitar jam 11.30 - 12.00.
Panjang bayangan sama dengan bendanya pada sore hari. Ini menunjukkan waktu shalat ashar yang biasanya menunjukkan waktu antara jam 14.45 - 15.15
Terbenamnya matahari yang ditandai dengan dengan warna kemerah-merahan di langit. Ini menunjukkan waktu shalat maghrib atau waktu antara jam 17.30 - 18.00
Hilangnya warna kemerah-merahan di langit saat sore hari. Ini menunjukkan waktu shalat isyak atau waktu sekitar jam 19.00
Ketentuan-ketentuan di atas hanya kira-kira saja. Di daerah lain bisa jadi memiliki sedikit selisih. Pun antara satu bulan dengan bulan lainnya (dalam satu tahun) pun akan mengalami selisih waktu. Sehingga dibutuhkan pengamatan langsung dan pembiasaan.

Termasuk dalam menentukan berapa lama waktu yang berjalan. Dibutuhkan berulang kali latihan dan pembiasaan agar dapat memperkirakan lamanya waktu yang tengah berjalan. Latihan bisa dimulai dengan mengukur waktu yang paling pendek semisal satu menit, lima menit, dan lima belas menit. Kemudian ditingkatkan untuk berlatih lamanya waktu selama setengah jam atau satu jam.

Teknik Menentukan Azimuth dan Back Azimuth pada Kompas Peta


Teknik menentukan azimuth dan back azimuth merupakan sebuah teknik dasar yang harus dikuasai dalam peta kompas atau navigasi darat. Dengan kata lain saat melakukan navigasi darat (teknik menentukan posisi di peta dan medan berupa daratan) dengan menggunakan kompas dan peta diperlukan kemampuan dalam menentukan azimuth dan back azimuth. Selain azimuth dan back azimuth, teknik lainnya yang harus dikuasai adalah orientasi peta, resection, dan intersection.

Bagi seorang Pandu dan penggiat alam bebas lainnya (seperti pencinta alam), teknik-teknik dasar navigasi darat, termasuk cara menentukan azimuth dan back azimuth akan sangat penting untuk dikuasai. Ini agar kegiatan penjelajahan dan petualangan di alam terbuka dapat berlangsung dengan lancar. Karena itu tidak mengherankan jika kemampuan ini kemudian menjadi salah satu syarat dalam SKU Pandu Penegak Bantara.

Dalam artikel kali ini, Kakak hanya akan membatasi pembahasan pada teknik menentukan azimuth dan back azimuth. Sedang teknik dasar lainnya akan dibahas dalam artikel tersendiri.

Mengenal Azimuth dan Back Azimuth

Apa sih azimuth dan back azimuth? Azimuth, dalam bahasa Indonesia kata yang benar adalah azimut (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia). Azimuth atau disebut juga sebagai sudut kompas adalah besar sudut yang tercipta antara satu titik dengan arah utara dari Sang Pengamat yang dihitung searah dengan jarum jam. Jika kita membidik suatu obyek atau tanda di lapangan (dengan menggunakan kompas), dan memperoleh sudut yang tercipta antara obyek dengan arah utara, maka sudut itulah yang disebut sebagai azimuth.

Sedangkan back azimuth adalah kebalikan dari azimuth yaitu sudut yang terbentuk berbalik dari azimuth atau berlawanan dengan arah jarum jam. Back azimuth disebut juga sebagai back reading atau sasaran balik.

Azimut terdiri atas tiga macam, yaitu :
  1. Azimuh sebenarnya, yaitu besar sudut yang terbentuk antara utara sebenarnya (utara yang mengarah pada kutub utara bumi) dengan titik sasaran.
  2. Azimuh magnetis, yaitu besar sudut yang terbentuk antara utara magnetik (ditunjukan oleh jarum kompas) dengan titik sasaran.
  3. Azimuh peta, yaitu besar sudut yang terbentuk antara utara peta (utara pada peta) dengan titik sasaran.
Azimuth dan back azimuth dinyatakan dalam satuan derajat. Contoh penulisannya secara lengkap adalah 211°30'20", dibaca sebagai 211 derajat, lebih 30 menit, lebih 20 detik. (60 detik = 1 menit dan 60 menit = 1 derajat). 

Azimuth dan Back Azimuth
Azimuth dan Back Azimuth


Cara Menentukan Azimuth dan Back Azimuth

Untuk menentukan sudut azimuth cukup mudah. Caranya cukup dengan membidikkan kompas pada obyek atau tanda di lapangan yang dituju. Besaran derajat (arah) yang didapat tersebutlah yang disebut sebagai azimuth. Namun sebelumnya kita harus mengetahui dan memastikan posisi kita di peta atau yang biasa disebut sebagai teknik orientasi medan. Sehingga kita dapat memindahkan atau menggambar azimuth tersebut di atas peta.

Sedangkan untuk menentukan back azimuth atau sasaran balik, gunakan penghitungan :
  1. Bila azimut lebih dari 180°, maka back azimuth-nya adalah azimut dikurangi 180°. Contoh, azimuth yang diperoleh 275° maka back azimuth-nya adalah 265° - 180° = 85°.
  2. Bila azimuth kurang dari 180°, maka back azimut-nya adalah azimuth ditambah 180°. Contoh, azimuth yang diperoleh 82° maka back azimut-nya adalah 82° + 180° = 262°.
  3. Bila azimuth tepat 180°, maka back azimutnya adalah 0° atau 360°.
Di atas telah dijelaskan bahwa azimuth terdiri atas tiga macam, sesuai dengan macam utara. Yaitu utara sebenarnya (utara yang mengarah pada kutub utara bumi), utara magnetik (ditunjukan oleh jarum kompas), dan utara peta. Hal ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh jika selisih sudutnya sangat kecil, seperti di Indonesia. Akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut saat memasukkan hasil penghitungan azimuth ke peta.

Itulah tadi pengertian tentang azimuth dan back azimut serta teknik untuk menentukan azimuth dan back azimut. Semoga salah satu scouting skill terkait navigasi darat ini bermanfaat bagi Pandu utamanya saat melakukan petualangan di alam terbuka

Ukuran Bendera Merah Putih dan Penggunaannya


Ukuran bendera merah putih dan penempatan kegunaan bendera merah putih menjadi salah satu pencapaian dari Syarat Kecakapan Umum Pramuka Penggalang Ramu. Bahkan di SKU Penggalang tingkatan lainnya pun, termasuk SKU Siaga dan Penegak, meski tidak secara eksplisit, pengetahuan tentang ukuran-ukuran bendera merah putih dan penempatan / kegunaan pada masing-masing ukuran tersebut tetap menjadi pengetahuan penunjang terkait pemahaman terhadap bendera merah puutih.

Tentang macam-macam ukuran bendera merah putih dan penggunaan masing-masing ukuran tersebut secara gamblang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta Lagu Kebangsaan. Terkait ukuran standar bendera merah putih, dalam Bagian Kesatu, Pasal 4 Ayat (1) disebutkan sebagai berikut:

Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.

Pasal tersebut secara jelas menyebutkan bahwa ukuran bendera merah putih adalah lebarnya dua pertiga (2/3) dari panjangnya atau antara lebar dan panjangnya memiliki perbandingan 2 : 3. Artinya jika lebar bendera 20 cm maka panjangnya adalah 30 cm (2/3 dari 30 = 20). Pun jika seumpama 100 cm, maka panjangnya adalah 150 cm.

Ukuran Bendera dan Penggunaan Ukurannya

Meskipun memiliki perbandingan yang tetap, "lebarnya dua pertiga (2/3) dari panjangnya", namun penggunaan bendera tentu memiliki ukuran-ukuran yang berbeda. Dalam UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 4 Ayat (3) dijabarkan berbagai macam ukuran bendera merah putih berdasarkan penggunaannya. Seperti berapa ukuran bendera yang dipasang di halaman istana kepresidenan, ukuran bendera di lapangan umum, di dalam ruang, di halaman rumah, sekolah, dan gedung pemerintahan, di mobil, kapal, kereta api, dan pesawat udara, hingga ukuran bendera yang digunakan di meja.

Berikut adalah ketentuan tentang ukuran standar bendera merah putih berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2009 dan penggunaannya:
  1. Untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan, berukuran 200 x 300 cm
  2. Untuk penggunaan di lapangan umum, berukuran 120 x 180 cm
  3. Untuk penggunaan di ruangan, berukuran 100 x 150 cm
  4. Untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wapres, berukuran 36 x 54 cm
  5. Untuk penggunaan di mobil pejabat negara, berukuran 30 x 45 cm
  6. Untuk penggunaan di kendaraan umum, berukuran 20 x 30 cmUntuk penggunaan di kapal laut, berukuran 100 x 150 cm
  7. Untuk penggunaan di kereta api, berukuran 100 x 150 cm
  8. Untuk penggunaan di pesawat udara, berukuran 30 x 45 cm
Untuk penggunaan di meja, berukuran 10 x 15 cm
Sedang untuk penggunaan selain tersebut di atas, dapat menggunakan ukuran yang berbeda.

Untuk lebih mendalami tentang Bendera Merah Putih, termasuk macam ukuran bendera merah putih dan penggunaan masing-masing ukuran, silakan para pramuka untuk membaca Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta Lagu Kebangsaan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 Tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia.

Pertolongan Pertama pada Orang Pingsan


Pertolongan pertama pada orang pingsan adalah cara menangani orang pingsan dan memberikan pertolongan pertama. Dalam berpramuka, kerap kali dijumpai anggota pramuka yang pingsan. Pun dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anggota pramukasudah selayaknya dapat memberikan pertolongan pertama terhadap orang pingsan.

Alih-alih menjadi panik, pramuka harus bisa menangani orang pingsan. Memberikan pertolongan untuk mengembalikan kesadaran orang pingsan, termasuk salah satu scouting skill yang harus dikuasai.

Pingsan adalah suatu kondisi dimana terjadi hilangnya kesadaran sementara secara mendadak. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Dalam istilah medis, pingsan disebut sebagai sinkop.

Orang yang pingsan biasanya ditandai dengan gejala-gejala awal seperti:

- rasa pusing
- berkurangnya penglihatan atau pandangan kabur
- telinga berdenging (tinitus)
- rasa panas
- berkeringat dingin
- menguap dan terasa mual

1. Cara Menangani Orang Pingsan

Kesadaran orang pingsan biasanya akan kembali dalam beberapa saat. Namun jika tidak perlu dilakukan pertolongan pertama terhadap orang pingsan agar kembali sadar. Cara menangani orang pingsan yang dapat dilakukan antara lain:

Jika tidak terdapat luka lain yang berbahaya, pindahkan korban ke tempat yang lebih teduh dan berudara segar (sirkulasi udara lancar)

Baringkan korban di tempat yang datar, jika perlu letakkan kaki lebih tinggi dari kepala.
Jika tidak memungkinkan untuk berbaring, dudukkan korban dan posisikan kepala di antara lutut.
Apabila korban muntah, miringkan kepala korban sehingga muntahan dapat keluar dan tidak mengganggu aliran pernafasan.

Kendurkan pakaian atau aksesoris ketat yang dikenakan korban seperti ikat pinggang, jilbab, sepatu agar sirkulasi darah dan pernafasan lancar.

Berikan bau-bauan yang menyengat seperti minyak kayu putih, amoniak, minyak wangi, bawang putih dan sejenisnya untuk merangsang kesadarannya.

Setelah kesadaran korban pulih, biarkan tetap berbaring antara 5-10 menit (jangan langsung berdiri).
Setelah siuman, dapat juga diberikan minum air putih (jangan dingin) atau teh manis hangat.

Jika korban pingsan tidak lekas sadar atau terdapat gejala dan luka-luka lain, bawalah ke puskesmas, dokter, atau petugas medis terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

2. Jika Merasa Akan Pingsan

Jika diri sendiri merasa akan pingsan atau merasakan gejala-gejala awal pingsan seperti tersebut di atas, ada beberapa beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diri sendiri pingsan. Hal-hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain.

Berpindah ke tempat yang teduh dan bersirkulasi udara lancar
Duduk atau berbaring dan tunggulah hingga merasa lebih baik lalu bangkitlah secara perlahan
Jika duduk, tempatkan kepala di antara kedua lutut
Minumlah air putih secara perlahan


Beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam memberikan pertolongan pertama pada korban pingsan atau cara menangani orang yang pingsan tersebut sudah selayaknya dikuasai oleh seorang pramuka. Sehingga ketika mengalami kejadian tersebut tidak menjadi panik dan dapat memberikan pertolongan dengan tepat.

Tuesday 19 September 2017

PERAN HW DALAM PELAKSANAAN DAKWA


I. PENGANTAR

Berbicara tentang peran HW dalam pelaksanaan da’wah seyogyanya kita ketahui identitas Muhammadiyah sebagai bentuk induk persyarikatan yang menaungi HW. HW adalah salah satu ortom yang bergerak untuk melaksanakan salah satu usaha Muhammadiyah dalam rangka mewujudkan tujuannya ialah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

II. APAKAH MUHAMMADIYAH ITU?

Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan Islam. Maksud gerakannya ialah Da’wah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang : persorangan dan masyarakat. Da’wah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang yang pertama terbagi kepada dua golongan : kepada yang telah islam bersifat pembaharuan (tajdid) yaitu mengembaikan kepada ajaran Islam yang asli murni dan yang kedua kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun Da’wah da amar ma’ruf nahi munkar kedua ialah kepada masyarakat bersifat perbaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata – mata.

Dengan melaksanakan da’wah dan amar ma’ruf nahi munkar dengan caranya masing – masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya ialah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar – benarnya (Kepribadian Muhammadiyah).

III. APAKAH DA’WAH ITU?

Da’wah menurut bahasa adalah menyeru, mengajak, menyebarluaskan, serta mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat (Kamus Istilah Agama) sedangkan menurut istilah adalah mendorong manusia agar memperbuat kebaika dan menuruti petunjuk menyuruk mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan didunia dan akhirat (Syaikh Ali Mahfudh, Hidayatul Mursyidin, Drs. Shalahudin Sanusi (Pen).

IV. APAKAH DA’WAH ITU WAJIB?

Da’wah itu hukumnya wajib, sebab tanpa da’wah risalah Islam tidak akan tersampaiakan. Kalau seorang muslim/ummat tidak berda’wah maka ia khianat akan perintah Allah. Hal ini terungkap dalam firman Allah (Q.S. Al Maidah : 67, Ali Imron : 104 dan 110 dan Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Tarmidzi dan Ibnu Umar).

Q. S. Al Maidah 67 :
67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

[430] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

Q. S. Ali Imron 104 :
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.

[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Q. S. Ali Imron 110 :
110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Hadist : 
Sampaikanlah (da’wah / tablighkan) apa apa yang datang dari Aku walaupun hanya satu ayat.

V. SIAPA HW ITU?
  1. HW itu singkatan dari Hizbul Wathan yang artinya Pembela Tanah Air
  2. Pandu HW adalah anggota Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
  3. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Organisasi Kepanduan dalam Muhammadiyah 
  4. Kepanduan Hizbul Wathan adalah system pendidikan diluar sekolah dan keluarga untuk anak, remaja, pemuda dibawah bimbingan dan tanggungjawab orang dewasa.
VI. JATI DIRI HW

1. Shibghah (Celupan) HW adalah Islam, dinul hanif dan qayyim ciptaan Allah. Dijelaskan oleh Allah dalam Q. S. Al Baqarah : 136 – 138 :

136. Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

137. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

138. Shibghah Allah[91]. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.

[91] Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.

2. Shibghah Muhammadiyah (Kemuhammadiyahan), diantaranya seperti tercantum dalam Pedoman untuk memahami Matan Keyakinan dan Cita – cita Hidup Muhammadiyah (point 9.3) sebagai berikut : “Sedang pola perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan dan mencapai keyakinan dan cita – cita hidupnya dalam masyarakat Negara Republik Indonesia, Muhamamdiyah menggunakan da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar – benarnya sebagai jalan satu – satunya. Lebih lanjut mengenai mengenai soal ini dapat diketahui dan difahami dalam Khittah Perjuangan Muhammadiyah.

VII. PERAN HW DALAM PELAKSANAAN DA’WAH

Mengingat hal – hal yang tertuang dalam uraian diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa HW itu sangat strategis dalam berbagai kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi apapun. Dalam hal da’wa HW dapat berperan sebagai berikut :
  1. Pemilih da pengguna berbagai pendekatan (approach), metode dan tehnik da’wah.
  2. Penyedia da’i/da’iyat, muballigh/muballighat, khatib jumat dan ‘idain sesuai dengan tingkatan dan jenis anggotanya.
  3. Penyedia berbagai kegiatan yang menarik, menyenangkan/menggembirakan para mustami
  4. Pemanfaatan setiap momentum untuk diisi dengan kegiatan berdakwah seperti hari-hari bersejarah, libur panjang/pendek, walimahan, bencana alam dan sebagainya.
  5. Penyemarak di setiap kegiatan Muhammadiyah.

VIII. SUMBER BACAAAN
  1. Al Qur’an dan Terjemahannya, Dep. Agama RI 1971.
  2. AD dan ART Muhammadiyah, Kep. Muktamar ke-45, PP Muhammadiyah.
  3. AD dan ART Hizbul Wathan, Kwartir Pusat Hizbul Wathan.
  4. Kepribadian Muhammadiyah, PP Muhammadiyah, 1963.
  5. Kamus Istilah Agama, Drs. Shodiq, SE m dkk, CV Sienttanarama Jakarta, 1982.
  6. Pembahasan Sekitar Prinsip – Prinsip Da’wah Islam, Drs. Shalahuddin Sanusi, CV Ramadhani, Semarang, 1964

Sunday 17 September 2017

SONGSONG 1 ABAD, HW KELUARKAN LAGU HWKU JAYA (Kwarwil Sumut Kemah Bakti)


Setelah merilis 5 lagu nuansa Hizbul Wathan berjudul Sahabat HW, Cerita Tentang Kita, Rindu Perjuangan, HW untuk Indonesia, dan Perpisahan, kini dalam rangka menyongsong 1 Abad Hizbul Wathan, HW Jawa Tengah kembali akan merilis 1 lagu berjudul “HWku JAYA’.

Berikut lirik lagu “HWku Jaya”

HWku Jaya

Cipt. Muhammad Dzikron – Lagu : Indri Nomina

A C# D E
Seabad waktu berlalu
HW ini kan jaya selalu
Putra putri berpandu
Mandiri berprestasi selalu

Takkan pernah ada ragu
Terus maju indonesia satu
Hizbul Wathon bersatu
HW ini kan jaya selalu

Reff :
Kobarkan semangat pandu
Singsingkan lenganmu
Untuk terus maju …
Gapailah semua mimpimu
Bersama HW mu
Bersama HW ku .. Slalu ..

Coda :
D C# D C# E
Ku slalu berjanji sepenuh hatiku
Segenap ragaku kucurahkan slalu
Ku slalu berjanji sepenuh hatiku
Segenap ragaku hingga akhir waktu ..

Ramanda Juga bisa Download MP3 Lagu HWKu Jaya DISINI
Untuk videonya Ramanda bisa lihat dan download DISINI


KEMAH BAKTI TUNAS MELATI PANDU HIZBUL WATHAN
KWARTIR WILAYAH SUMATERA UTARA
TAHUN 2017

Sermenetara itu, GKHW Kwarda Asahan yang di ketuai oleh Ramanda Citra, SE menjadi tuan rumah perhelatan akbar tingkat Kwartir Wilayah Sumatera Utara yaitu Kemah Bakti Tunas Melati Pandu Hizbul Wathan Kwartir Wilayah Sumatera Utara Tahun 2017.

Kemah Bakti Tunas Melati Pandu Hizbul Wathan Kwartir Wilayah Sumatera Utara Tahun 2017 adalah salah satu jawaban terhadap persoalan bangsa. Kemah Bakti Tunas Melati Pandu Hizbul Wathan Kwartir Wilayah Sumatera Utara Tahun 2017 adalah sebuah kegiatan Bakti Pandu Hizbul Wathan yang berbentuk perkemahan dengan sasaran pembangunan masyarakat di tempat pelaksanaan kegiatan tersebut. Semoga kali ini pelaksanaan Kemah Bakti Tunas Melati Pandu Hizbul Wathan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, meski jauh dari kesempurnaan namun setidaknya Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam mewujudkan cita-cita Fastabiqul Khairat untuk ikut membangun masyarakat bahwa “Hizbul Wathan Siap Berbakti, Berkarya dan Menginspirasi untuk Negeri.”

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2017 s. d. 29 Oktober 2017 mendatang di Bumi Perkemahan Lapangan Bola Kaki Bunut Factory Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Kegiatan ini mengambil tema "Bersatu, Berkarya, Berbudaya Menginspirasi Membangun Negeri" dan moto dari kegiatan ini adalah "Fastibiqul Khairat"

Untuk lebih jelasnya, Ramanda bisa download Petunjuk Pelaksanaannya DISINI.

Mohon doa dari segenap pihak. Semoga kegiatan Kemah Bakti untuk menyongsong 1 Abad Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ini berjalan lancar.

ISTILAH-ISTILAH DALAM PANDU HW

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan merupakan satu-satunya organisasi Kepanduan yang berdiri sendiri, tanpa intervensi pemerintah. Hizbul Wathan juga satu-satunya organisasi kepanduan yang menggunakan istilah kepanduan di Indonesia, walaupun Pramuka juga merupakan organisasi kepanduan, namun tidak menggunakan istilah kepanduan dalam setiap kegiatannya.

Sebagai sebuah organisasi kepanduan, tentunya dalam beberapa hal terdapat kesamaan dengan Pramuka. Perbedaan yang paling mencolok hanyalah pada seragam dan atributnya serta beberapa istilah. Dalam postingan kali ini, akan kami jelaskan beberapa istilah dalam Kepanduan Hizbul Wathan yang wajib diketahui oleh seluruh anggota kepanduan Hizbul Wathan.

TINGKATAN DALAM ORGANISASI :
  1. Kwartir Pusat = Organisasi kepanduan HW untuk tingkat nasional.
  2. Kwartir Wilayah = Organisasi Kepanduan HW untuk tingkat Provinsi.
  3. Kwartir Daerah = Organisasi Kepanduan HW untuk tingkat Kota atau Kabupaten.
  4. Kwartir Cabang = Organisasi Kepanduan HW untuk tingkat kecamatan / desa.
  5. Qabilah = Organisasi Kepanduan HW untuk tingkat amal usaha Muhammadiyah, baik sekolah, masjid dll.

PENGGOLONGAN PESERTA DIDIK
  1. Athfal = Anggota kepanduan HW yang berusia antara 6-10 tahun.
  2. Pengenal = Anggota kepanduan HW yang berusia antara 11-16 tahun.
  3. Penghela = Anggota kepanduan HW yang berusia antara 17-20 tahun.
  4. Penuntun = Anggota kepanduan HW yang berusia antara 21-25 tahun

SATUAN / PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK
  1. Kuntum = kumpulan terkecil anggota HW Golongan Athfal sebanyak 6-10 orang.
  2. Rumpun = kumpulan atau kesatuan Kuntum yang terdiri dari 4 kuntum
  3. Regu = kumpulan terkecil anggota HW Golongan Pengenal sebanyak 6-8 orang
  4. Pasukan = kumpulan atau kesatuan Regu yang terdiri dari 4 regu
  5. Kawan = kumpulan terkecil anggota HW Golongan Penghela sebanyak 6-8 orang
  6. Kerabat = kumpulan atau kesatuan Kawan yang terdiri dari 4 kawan
  7. Nafar = kumpulan terkecil anggota HW Golongan Penuntun sebanyak 6-8 orang
  8. Kafilah = kumpulan atau kesatuan Nafar yang terdiri dari 4 Nafar.

SEBUTAN UNTUK PESERTA DIDIK DAN PELATIH / PEMBINA
  1. Ramanda/Ibunda = panggilan untuk pembina, pembantu pembina dan pelatih golongan Athfal. Panggilan ini juga biasa disebutkan untuk panggilan sesama pembina/pelatih.
  2. Rakanda/Ayunda = panggilan untuk pembina, pembantu pembina golongan pengenal, penghela dan penuntun.
  3. Rimata = panggilan untuk pemimpin Kerabat atau pembantu pembina golongan penghela.
  4. Rais = panggilan untuk pemimpin Kafilah atau pembantu pembina golongan penuntun.
  5. Auladi = panggilan untuk anggota HW golongan Athfal
  6. Ananda = panggilan untuk anggota HW golongan Pengenal
  7. Adinda = panggilan untuk anggota HW golongan Penghela dan Penuntun.

TATA UPACARA ATHFAL


Upacara adalah serangkaian perbuatan yang dilakukan atau diadakan dalam tata cara tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan yang wajib dilaksanakan dengan kidmat sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan tertib, dalam rangka membentuk tradisi, kepribadian, watak dan budi pekerti yang baik.

Sasaran upacara agar peserta didik mampu :
  1. Memiliki rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan Negara.
  2. Memiliki rasa tanggungjawab dan disiplin pribadi.
  3. Selalu tertib dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Memiliki jiwa gotong royong dan percaya diri pada orang lain.
  5. Dapat memimpin dan dipimpin.
  6. Dapat melaksanakan upacara dengan khidmat dan tertib.
  7. Meningkatkan keikhlasan serta menjadi pandu HW yang pandai bersyukur
UPACARA ATHFAL

A. Istilah

Kuntum adalah sekumpulan dari anggota Athfal. Biasanya dalam satu regu terdiri dari ± 10 orang.
Rumpun adalah sekumpulan dari kuntum – kuntum Athfal.
Qobilah/Sekolah adalah pangkalan kegiatan anggota pandu HW.
Pelatih Qobilah/Sekolah adalah pelatih yang mengelola kegiatan di Qobilah/Sekolah yang dipanggil dengan sapaan Ramanda/Ibunda
Kepala Sekolah disebut dalam pandu HW dengan Dewan Pembina

B. Jenis Upacara dalam Athfal
  1. Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan.
  2. Upacara Pelantikan Calon Pandu Athfal.
  3. Upacara Kenaikan Tingkat.
  4. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus atau Penghargaan Lainnya.
  5. Upacara Pindah Satuan Athfal ke Pengenal
C. Perlengkapan
  1. Tiang Bendera.
  2. Bendera (Bendera Rumpun, boleh ditambah Bendera Merah Putih dan HW)
D. Pelaksanaan Upacara Pembukaan dan Penutupan

1. Pendahuluan

Formasi Upacara adalah Lingkaran
Boleh dilakukan secara protokoler atau otomatis
Dalam Pembacaan Undang – Undang AThfal dan Doa boleh memakai teks.

2. Pembukaan

Tangan Ramanda/Ibunda ditepukkan, kemudian di tolakkan ke kiri dan ke kanan
Athfal bersembunyi di belakang tiang pohon, semak dan sebagainya atau tidak ada boleh bergandengan tangan

3. Inti

Setelah Ramanda/Ibunda berseru, “Aulaaadiii....
Semua Athfal menjawab : Ya Ramanda/Ibunda ... sambil lari membuat lingkaran dengan berrgandengan tangan
Setelah Ramanda/Ibunda memberi isyarat ( tanda lingkaran besar ) turun, semua Athfal menurunkan tangan dengan cepat tetapi tak berbunyi kalau berbunyi diulang
Ramanda/Ibunda memegang tiang bendera rumpun
Athfal merentangkan tangan dengan telapak tangan di hadapan Ramanda / Ibunda, dada terbuka, kepala agak ke atas, dagu ke muka. Ini berarti hai Ramanda/Ibunda saya telah datang di mukamu dan siap sedia.
Ramanda/Ibunda memandang tiang bendera
Semua Athfal berseru “Ya”Ramanda / Ibunda, kami selalu tetap giat” wahai Ramanda/Ibunda kami selalu giat bekerja, lalu berdiri tegak bersiap
Ramanda/Ibunda mengatakan, “Giat, giat, giat, giatlah”.
Giat kesatu sampai ketiga dengan suara perlahan-lahan, dan keempat dengan suara keras.
Semua Athfal mengatakan, “Mi Kan Gia, Tap Giat, Giatlah” artinya : kita akan selalu tetap giat bekerja. Pada teriakan terakhir (giaaat), tangan kanan di kepalkan, kaki kiri maju selangkah, pada akhir kata “aaaat” kaki kanan maju dan memberi salam.
Ramanda/Ibunda mengucapkan Assalamu’alaikum, Wr, Wb
Athfal menjawab “Wa’alaikum salam, Wr.Wb
Ramanda/Ibunda mengucapkan terimakasih atas perhatian dan kedatangan semua Athfal
Ramanda/Ibunda memanggil salah seorang athfal
Athfal menjawab : “Ya Ramanda/Ibunda” kemudian berlari di hadapan Ramanda/Ibunda member salam kepada Ramanda/Ibunda dan Ramanda /Ibunda membalas salam.
Ramanda/Ibunda memerintah balik kanan kepada anak itu dan disuruh membaca undnag-undang.
Setelah selesai, athfal menghadap Ramanda/Ibunda dan member salam kepada Ramanda/IBunda
Ramanda/Ibunda menyuruh anak itu kembali ke lingkaran.
Ramanda/Ibunda memanggil seorang lagi untuk membaca janji Athfal, kalau perlu lagi memanggil satu lagi untuk membaca doa.

4. Penutup

Ramanda/Ibunda membubarkan barisan
Ramanda/Ibunda melanjutkan dengan permainan-permainan dan latihan-latihan di baik di ruangan atau di lapangan. Namun sebaiknya kegiatan Athfal sebaiknya dilakukan di luar ruangan (lapangan)

TATA UPACARA PENGENAL


Upacara adalah serangkaian perbuatan yang dilakukan atau diadakan dalam tata cara tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan yang wajib dilaksanakan dengan kidmat sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan tertib, dalam rangka membentuk tradisi, kepribadian, watak dan budi pekerti yang baik.

Sasaran upacara agar peserta didik mampu :
  1. Memiliki rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan Negara.
  2. Memiliki rasa tanggungjawab dan disiplin pribadi.
  3. Selalu tertib dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Memiliki jiwa gotong royong dan percaya diri pada orang lain.
  5. Dapat memimpin dan dipimpin.
  6. Dapat melaksanakan upacara dengan khidmat dan tertib.
  7. Meningkatkan keikhlasan serta menjadi pandu HW yang pandai bersyukur

UPACARA PENGENAL

A. Istilah
Regu adalah sekumpulan dari anggota pengenal. Biasanya dalam satu regu terdiri dari ± 10 orang.
Pasukan adalah sekumpulan dari regu-regu.
Qobilah/Sekolah adalah pangkalan kegiatan anggota pandu HW.
Pemimpin Regu adalah pemimpin dari sekumpulan dari anggota pengenal (regu).
Pemimpin Pasukan adalah pemimpin dari sekumpulan regu-regu.
Pemimpin Upacara adalah pemimpin dari sekumpulan pasukan-pasukan dalam kegiatan upacara.
Pemimpin Qobilah/Sekolah adalah pembina yang mengelola kegiatan di Qobilah/Sekolah
Dewan Pembina adalah Kepala Sekolah

B. Jenis Upacara dalam Pengenal
  1. Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan.
  2. Upacara Pelantikan Calon Pengenal.
  3. Upacara Kenaikan Tingkat.
  4. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus atau Penghargaan Lainnya.
  5. Upacara Pindah Satuan Pengenal ke Penghela
C. Perlengkapan Upacara
  1. Tiang Bendera
  2. Bendera (Bendera Latihan, boleh ditambah Bendera Merah Putih dan HW)
D. Pelaksanaan Upacara Pembukaan dan Penutupan
1. Pendahuluan
  • Formasi Upacara adalah Angkare.
  • Boleh dilakukan secara protokoler atau otomatis.
  • Dalam Pembacaan Undang-Undang Athfal dan Doa boleh memakai teks.
2. Pembukaan
  1. Pemimpin Regu memeriksan kerapihan pakaian anggota.
  2. Masing-masing pemimpin regu menyiapkan anggotanya di lapangan upacara membentuk angkare.
  3. Pemimpin pasukan menyiapkan di depan pasukan yang terbentuk, kemudian kembali ke barisan paling kanan pasukan yang dipimpin.
3. Inti
  • Pemimpin Upacara memasuki lapangan upacara dengan lari pandu dan menghadap ke pasukan.
  • Pemimpin Pasukan paling kanan memimpin penghormatan.
  • Pemimpin-pemimpin pasukan laporan kepada pemimpin upacara.
  • Pemimpin Upacara menjemput pemimpin Qobilah/Sekolah di tempat transitnya dengan lari pandu dan melaporkan bahwa upacara siap dilaksanakan dan mohon kepada Pemimpin Qobilah/Sekolah untuk menempatkan diri. Pemimpin Upacara mengikuti dibelakang dengan langkah biasa.
  • Pemimpin Qobilah/Sekolah siap di samping tiang bendera dan pemimpin upacara di tempatnya menghadap ke Pembina Qobilah/Sekolah .
  • Penghormatan kepada pemimpin Qobilah/Sekolah dilanjutkan oleh laporan.
  • Penghormatan merah putih (kalau berdiri bendera merah putih)
  • Menyanyikan Mars HW dipimpin oleh petugas dan dinyanyikan bersama-sama.
  • Pembacan UU HW oleh petugas ditirukan peserta upacara.
  • Amanah Pemimpin Qobilah/Sekolah pasukan di istirahatkan.
  • Pembacaan Doa oleh Pemimpin Qobilah/Sekolah
  • Laporan pemimpin upacara kepada Pemimpin Qobilah/Sekolah.
  • Penghormatan kepada pemimpin Qobilah/Sekolah.
  • Pemimpin Qobilah/Sekolah meninggalkan lapangan diikuti pemimpin upacara.
  • Setelah pemimpin Qobilah/Sekolah sampai di tempat transit pemimpin upacara kembali ke tengah lapangan.
  • Pemimpin pasukan menghadap ke pasukan.
  • Pemimpin Pasukan paling kanan memimpin penghormatan.
  • Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara.
4. Penutup
  • Pemimpin pasukan membubarkan pasukannya. (Berada di depan pasukan masing-masing).
  • Pemimpin Qobilah/Sekolah melanjutkan dengan permainan-permainan dan latihan-latihan di baik di ruangan atau di lapangan. Namun sebaiknya kegiatan pengenal sebaiknya dilakukan di luar ruangan (lapangan).